Jombang, Gerdupapak.com – Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Kabupaten Jombang gelar Jambore Santri Tangguh Bencana (Jamsena) dalam rangka Peringatan Harlah Nahdatul Ulama yang ke-102, dibuka Ketua LPBI NU Kabupaten Jombang Khoirul Hasyim. Dihadiri Plt Kepala Pelaksana BPBD Jombang Wiku Birawa Filepe Dias Quintas, Wakil Ketua PC NU Kyai Muhyidin, Ketua PC Ansor Taufiqi Fakkarudin Assilahi, Ketua MWC NU Bareng Kyai Khoirul Anam, serta diikuti oleh seluruh siswa SMA/SMK/MA se Kabupaten Jombang.
Jamsena bertujuan untuk memperkenalkan hal-hal yang berkaitan dengan kebencanaan dan keselamatan diri pada saat bencana, serta pemertahanan lingkungan atas perubahan iklim yang terjadi kepada generasi muda di usia SMA/SMK/MA. Hal ini disampaikan Ketua LPBI NU Kabupaten Jombang Khoirul Hasyim ketika diwawancarai di Pusduklatpur Brimob Polda Jatim, Sabtu (1/2/2025).
“ Rangkaian acara yang dilaksanakan dalam Jamsena yakni kesehatan lapangan, tinjauan medis dalam situasi darurat kebencanaan, pengetahuan dapur umum, praktikum asesment air, serta pemanfaatan air hujan,” ujarnya.
Lanjut Hasyim, Jamsena juga menggandeng BPBD dalam rangka mengenalkan tentang bencana kebakaran dan mitigasi bencana alam. Selain itu, Jamsena juga melibatkan praktisi tenaga ahli di bidang kesehatan untuk memberikan materi tentang penanganan tindak kesehatan dan juga pasca bencana kepada korban bencana. Kemudian juga diberikan praktek tentang pengelolaan residu atau mengelola sampah, sehingga tidak mencemari lingkungan dan memiliki nilai ekonomi.
“ Pada akhir kegiatan, para peserta Jamsena melakukan deklarasi santri tangguh, di mana nantinya seluruh peserta akan tergabung dalam sebuah komunitas peduli lingkungan dan peduli bencana. Manakala ada kedaruratan kebencanaan para santri-santri ini mampu untuk menjadi penyelamat bagi diri sendiri maupun masyarakat sekitar,” ucapnya.
Hasyim berpesan kepada para peserta atau generasi muda agar selalu peduli dengan keadaan lingkungan dan peduli dengan alam. Sehingga upaya pelestarian alam, upaya pelestarian sumber daya air dan upaya untuk mengurangi pencemaran akibat residu atau sampah bisa diminimalisir. Generasi muda nantinya merupakan pemangku tanggung jawab secara langsung terhadap keberlangsungan ekosistem dan perubahan iklim yang terjadi.
“ Jamsena ini merupakan kegiatan awal, setelahnya kami akan memfollow up (menindaklanjuti) ke madrasah atau pangkalan masing-masing dengan membentuk Madrasah tangguh bencana, sehingga ketika ada bencana mereka sudah siap dan mampu untuk menanggulanginya,” ungkapnya.
Hasyim menyebutkan, dengan adanya madrasah tangguh bencana maka jika terjadi bencana alam atau tantangan-tantangan perubahan iklim, para santri-santri mampu menjadi pelopor utama yang akan menggerakkan bagaimana untuk menjaga iklim, mengelola sampah dan mengelola sumber daya air, selain itu peduli terhadap sesama dalam rangka membantu jika ada kejadian bencana alam. Pungkasnya.(Rd/Mz)