Jombang, Gsrdupapak.com – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Kini dunia medis menghadapi tantangan yang lebih serius yaitu TBC Resistan Obat, atau yang dikenal dengan TB MDR (Multidrug-Resistant Tuberculosis).
TB MDR bukan hanya lebih sulit diobati, tetapi juga membutuhkan komitmen dan penanganan lebih ketat. Hal ini disampaikan dokter spesialis paru dr. Yuniasri P. Rini, Sp.P dalam Talkshow Humas RSUD Jombang Menyapa. Selasa(1/7/25).
Menurut dokter spesialis paru yang juga aktif menangani pasien TB MDR di salah satu rumah sakit rujukan regional ini, peningkatan kasus TB MDR disebabkan oleh beberapa faktor, terutama ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan TBC secara tuntas.
“ Banyak pasien berhenti minum obat ketika merasa sudah sembuh, padahal pengobatan TBC minimal enam bulan. Saat pengobatan tidak tuntas, bakteri menjadi kebal, dan inilah yang memicu TB MDR,” jelasnya.
Lanjutnya, TB MDR tidak bisa diobati dengan obat TBC biasa (rifampisin dan isoniazid), sehingga membutuhkan pengobatan khusus selama 9 hingga 20 bulan, tergantung dari jenis resistansinya.
” Meskipun terdengar menakutkan, saya menegaskan bahwa TB MDR tetap bisa disembuhkan, asalkan pasien mengikuti pengobatan secara disiplin dan mendapat dukungan dari keluarga maupun lingkungan,” ungkapnya.
Selain itu, Pasien TB MDR memerlukan pengobatan dengan efek samping lebih berat dan waktu lebih lama. Tetapi harus dengan penanganan tepat, sehingga peluang sembuh tetap tinggi. Kuncinya adalah ketekunan dan pendampingan.
Dengan kolaborasi antara tenaga kesehatan, pemerintah dan masyarakat. Maka eliminasi TB, termasuk TB MDR, bukanlah hal mustahil. Mari deteksi dini, taati pengobatan dan beri dukungan kepada sesama. pungkasnya.(Red).